Kisah Ummul Mukminin Khadijah Ketika Meminta Muhammad SAW untuk Menjadi Suaminya
Salah satu inspirasi yang mungkin menjadi inspirasi
paling menarik dalam kehidupan Ummul Mukminin Khadijah adalah ketika beliau
duluan yang meminta Muhammad SAW untuk menjadi suaminya. Di masa modern seperti
ini saat sekarang hal ini dianggap tabu, merendahkan harga diri wanita hingga
mengemis-ngemis cinta serta berbagai mitos lainnya. Sehingga sedikit sekali
wanita yang berani melakukan hal ini di masa sekarang.
Ketika kita memberi tahu kisah cinta Muhammad SAW dan
Khadijah RA ini sebagai motivasi tak sedikit yang beralasan, “Lah itu kan
Muhammad, Nabi, Rasul dan yang meminangnya pun adalah seorang saudagar
terhormat dan terpadang. Sementara kita ini siapa ?”
Ketika berucap seperti ini mungkin saudara kita ini
lupa kalau sebaik-baiknya teladan bagi kaum laki-laki adalah Muhammad SAW, para
sahabat, tabi’in hingga ulama pada masa sekarang. Sementara bagi kaum wanita
sebaik-baiknya teladan mereka tentu para istri Muhammad SAW, para shahabiyah
dan wanita-wanita mulia lainnya. Tidak ada yang keliru dengan hal ini. Bahkan
menjadi suatu kehormatan bagi wanita ketika ia berani meminta seorang laki-laki
untuk menjadi suaminya, ketika banyak wanita lain malah tebar pesona di hadapan
laki-laki berharap agar ‘ditembak’ menjadi pacarnya.
Pernikahan adalah ibadah, selama cara memulainya adalah
cara yang Allah ridhoi serta tidak bertentangan hukum syariat maka setiap
proses menuju pernikahan itu boleh dan Insya Allah akan bernilai ibadah.
Untuk itu, bagi sahabat muslimah tidak perlu ada
keragu-raguan saat ingin meminta laki-laki terlebih agar menjadi suaminya.
Sebagai pembelajaran kita bisa belajar pada bagaimana Khadijah RA meminta
Muhammad SAW agar menjadi suaminya.
Memastikan Terlebih Dahulu Kalau Muhammad adalah Laki-Laki Terbaik
Khadijah RA memilih Muhammad SAW tentu bukan karena
jatuh cinta lantaran kegantengannya atau karena ketulusan hati Muhammad yang
pernah menolongnya. Tentu tidak begitu, tetapi Khadijah RA memilih Muhammad SAW
karena mulianya akhlak yang dimiliki oleh Muhammad. Khadijah berharap Muhammad
adalah calon pemimpin yang diimpikannya, dan Khadijah juga berharap Muhammad
lah sosok Nabi penutup yang akan masuk ke rumahnya. Sebagaimana tafsir dari
mimpinya melihat matahari besar.
Untuk mengenali lebih jauh sosok Muhammad SAW dan juga
memastikan kalau itu adalah laki-laki impiannya. Maka Khadijah meminta Muhammad
untuk membantu menjajakan barang dagangannya ke Syam. Tak lupa ia minta
Maisaroh untuk terus mendampingi Muhammad serta memperhatikan setiap dari
gerak-gerik Muhammad.
Dari Maisaroh, Khadijah mendapati kabar lebih banyak
tentang Muhammad, seperti beliau duduk di bawah pohon yang mana menurut seorang
rahib hanya Nabi yang duduk di pohon tersebut, ditambah lagi berita tentang
Muhammad SAW selalu diiringi dua malaikat dan melindunginya dari teriknya panas
matahari. Tak lupa juga Maisaroh menceritakan kepiawaian Muhammad dalam
berdagang, sopan santun dan lemah lembut tutur katanya, kejujuran dan sifat
mulia lainnya.
Setelah melewati proses yang mungkin disebut sebagai
penjajakan tersebut maka Khadijah semakin yakin kalau Muhammad benarlah
laki-laki yang menjadi impiannya selama ini. Baru langkah selanjutnya Khadijah
menceritakan hal ini kepada sahabatnya Nafisah binti Munabbih.
Niat Baik Khadijah Disampaikan oleh Perantara
Setelah bercerita panjang lebar pada Nafisah binti
Munabbih, maka sahabat karibnya ini pergi menemui Muhammad dan meminta Muhammad
agar menikahi Khadijah.
“Muhammad ! Kenapa kau tidak menikah?” Tanya Nafisah.
"Aku tidak punya apa-apa untuk menikah,” sahut beliau.
“Jika engkau dicukupi dan diajak menikah dengan seorang
wanita yang berharta, cantik, dan mulia, apakah kau menerimanya?”
"Siapa dia ?” sahut beliau dengan nada tanya.
“Khadijah binti Khuwailid,” jawab Nafisah seketika.
"Kalau dia mau, aku menerima (tawaran itu),” sahut beliau.
Kenapa harus pakai perantara? Kenapa tidak disampaikan
langsung oleh pihak wanita? Mungkin sebagian kita ada yang menanyakan perihal
ini.
Ada beberapa alasan kenapa harus pakai perantara. Yang
pertama adalah untuk menjaga hati wanita, agar dia tidak lansung minder atau
patah hati jika ditolak lansung. Yang kedua melalui perantara terlihat lebih
baik dan lebih serius. Dan yang ketiga adalah untuk menjaga interaksi antara
laki-laki dan perempuan agar selalu berada dalam koridor syar’i.
Singkat cerita, Ummul Mukminin Khadijah menceritakan
hal ini pada paman-pamannya. Begitu juga dengan Muhammad SAW menceritakan
perihal ini pada pamannya. Hingga akhirnya paman Rasulullah SAW datang menemui
pamannya Khadijah RA untuk meminang.
Itulah sekelumit kisah bagaimana Khadijah RA meminta
Muhammad SAW untuk menjadi istrinya. Semoga kisah ini menginspirasi sahabat
muslimah lainnya. Dan juga lebih memantapkan hati kalau hal ini bukanlah
sesuatu yang tabu, tapi memang hal baik yang juga pernah dilakukan oleh wanita
terhebat di dunia, istri tercinta Rasulullah Khadijah RA.
Comments
Post a Comment